Bandara Kertajati dibangun dengan nilai investasi yang tinggi, yaitu mencapai Rp2,6 triliun. Kucuran dana ini untuk menunjang pembangunan bandara yang memiliki landasan pacu sepanjang 3.000 meter dengan kapasitas penumpang mencapai 29 juta orang. Namun dikarenakan sepi terus menerus dan bila tak kunjung menemukan solusi, bandara ini terancam terbengkalai dan terlupakan.
Dari segi luasan, Bandara Kertajati menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno Hatta. Bandara ini diresmikan tahun 2018 oleh presiden Joko Widodo, dan dibangun dengan tujuan untuk mengiurang kepadatan bandara Sekarno Hatta dan bandara Husein Sastranegara
Sepinya bandara Kertajati dapat dilihat dari data penerbangan. Pada Januari-September 2020 misalnya, jumlah penumpang cuma 42.400 orang atau turun 82 persen dari 243.756 orang pada periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun realisasinya jauh panggang dari api dengan target penumpang sekitar 2,7 juta orang saat sudah beroperasi. Jumlahnya juga tidak sebanding dengan bandara-bandara lain.
Karena itu banyak pengamat menilai proyek Bandara Kertajati ini hanya buang-buang anggaran. Bahkan Faisal Basri menilai bandara tersebut lebih baik dialihfungsikan menjadi gudang ternak. Perlu dicermati penerbangan terakhir dibandara ini dilakukan pada April 2021 dan hanya oleh pesawat kargo.
Kini bandara Kertajati dijadikan objek wisata oleh warga sekitar. Perawatan untuk bandara ini juga terus berjalan normal seperti biasanya walau tanpa penerbangan. Namun bila sepi terus berlanjut dikhawatirkan bandara ini akan terancam terbengkalai nantinya.
Disisi lain perlu diperhatikan perawatan untuk Bandara bukanlah hal yang murah. Bandara ini juga telah melakukan berbagai usaha untuk menarik minat salah satunya dengan pergantian direktur utama.