Nilai tukar rupiah melemah 1,6% dalam sepekan menjadi Rp 15.133 per dolar Amerika Serikat (AS) hingga Jumat (10/2). Sedangkan kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) melemah 1,62% sepekan ke Rp 15.140 per dolar AS.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah sejalan dengan sikap investor yang cenderung berhati-hati di pasar negara berkembang. Investor menanti kejelasan terkait seberapa tinggi Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuan.
Pemodal kini menanti data inflasi AS yang akan dirilis pada Selasa (14/2) waktu setempat untuk mendapatkan petunjuk mengenai arah suku bunga The Fed. Sikap moneter The Fed yang lebih hawkish dapat membatasi sentimen positif dari pembukaan kembali ekonomi China.
Dengan naiknya dolar ini diprediksi banyak orang terutama di Indonesia akan memindahkan modal ke aset aman. Nah aset seperti properti dan emas yang dianggap aman akan cenderung diburu. Diprediksi jika hal ini berlanjut maka akan terjadi penguatan pada harga properti terutama tanah dan emas yang berpotensi melambung.
Meski begitu investor dihimbau berhati hati pada semua lini investasi. Prediksi rupiah akan bergerak dalam kisaranĀ support-resistanceĀ Rp 14.900 per dolar AS-Rp 15.350 per dolar AS. Sementara menurut Josua, rupiah bakal bergerak di rentang Rp 15.100 per dolar AS-Rp 15.200 per dolar AS.