
Pariwisata Bali mulai pulih usai terpaan badai pandemi Covid-19. Bali yang sebelumnya ditinggalkan pelancong, kini kembali kinclong. Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk membangkitkan pariwisata di sana. Salah satunya kemudahan izin yang ditawarkan melalui program visa on arrival. Jumlah turis yang datang berlibur ke Pulau Dewata pun mengalami peningkatan.
Tetapi Kini Bali menghadapi persoalan baru. Kelakuan negatif turis asing di sana menjadi sorotan luas. Saban hari Bali tidak lepas dari pemberitaan seputar kelakuan nakal bule-bule di sana. Mereka seakan merasa lebih bebas daripada di negaranya.
Misal dalam berkendara, banyak bule yang ditilang lantaran tidak mengindahkan aturan berlalu lintas. Bahkan terbaru adalah tertangkapnya 78 warga asing dalam razia kendaraan yang digelar polisi di Kabupaten Gianyar.
Sedangkan pada sektor ekonomi, banyak bule-bule di Bali yang menyalahi izin berwisata untuk bekerja secara ilegal. Sejumlah kasus yang terungkap adalah adanya bule yang menyambi menjadi fotografer, berbisnis rental kendaraan, bisnis penyewaan vila, membuka kursus pelatihan mengemudi, berdagang sayuran hingga membuka praktik kesehatan.
Dalam bisnis penyewaan vila, diduga pola yang dipakai bule tersebut adalah digital nomad atau pengembara digital. Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Legian, Kuta, Bali, I Wayan Puspa Negara menuturkan, istilah ini diartikan para bule ini memantau perkembangan bisnis dari jarak jauh. Misal, seorang bule menyewa vila dari warga lokal Bali. Vila tersebut kemudian dipasarkan di online untuk disewakan lagi kepada turis asing.
Ibarat Indian Melawan Bangsa Eropa Secara Ekonomi
Parahnya hal ini juga menimbulkan ketimpangan, ini terjadi karena investor dan bule seakan menguasai ekonomi Bali. Klub, restoran mewah bahkan kawasan wisata menjadi incaran investor asing. Secara tidak langsung hal ini membuat biaya hidup di bali mahal karena memang tempat yang dapat investasi asing juga mengincar konsumen bule. Perlahan penduduk lokal tersingkir dan pergi karena inflasi yang kian tinggi di Bali.
- Baca Juga : Roy Suryo Bisa Saja Bebas Jika Seperti Ini
Sebut saja Canggu yang kini berderet resto mewah nan mahal sehingga warga lokal enggan datang. Dapat ditebak maka kini daerah Canggu hampir seperti dikuasai bule secara ekonomi. Bahkan beberapa orang berkomentar mengibartkan penduduk lokal seperti “Indian melawan bangsa eropa tapi secara ekonomi” saat ini.
Ini harus ditanggulangi dan diluruskan kembali niat bahwa pariwisata Bali adalah untuk kesejahteraan penduduk bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Bila tidak maka Ekonomi Bali akan hanya menguntungkan investor dan menyisihkan penduduk lokal.