Ditengah trend atraksi politik para politisi membuat kebijakan poluler tanpa landasan data dan sains. Seperti masuk ke got, membuat barak militer untuk nakal dan vaksetomi yang ramai dimasyarakat. Padahal secara keilmuan belum teruji dan kekurangan penduduk terbukti menyebabkan resesi ekonomi. Presiden prabowo justru membuat kebijakan komprehensif yang terukur secara keilmuan.
Di era presiden Prabowo berbagai kebijakan strategis dilakukan tanpa embel-embel atraksi popular di mata masyarakat. Mulai subsidi untuk menaikan daya beli, pembentukan Danatara untuk mengumpulkan dana, cetak sawah untuk ketahanan pangan, perbaikan pendidikan, koperasi merah putih serta penguatan alutista dikerjakan secara masif. Isu SARA juga dapat diredam di era Prabowo sehingga fokus masyarakat terhadap kebijakan makro dapat ditingkatkan.
Perbedaan dari era sebelumnya dapat dilihat dari tidak mengikuti kekeliruan pola pikir para politisi akan mencabut penuh subsisdi. Seperti memangkas lagi BBM dan listrik yang akhirnya memukul daya beli presiden Prabowo berfikir sebaliknya. Bayangkan jika BBM dan listrik sebagai sarana penting untuk bekerja tarif terus dinaikan, akan seberapa parah dampak pada daya saing Indonesia.
Presiden Prabowo tampaknya melakukan kebijakan berbasiskan data dan sains. Ini bagus sebab itulah yang dibutuhkan oleh Indonesia kebijakan yang dapat diukur dan dipertanggung jawabkan datanya.
Layak untuk kita tunggu bagimana hasil dari kebijakan presiden ini. Kita memang belum dapat memuji itu berhasil, sebelum bisa melihat kenaikan data seperti Indek pembangunan manusia “IPM’, GDP, pendapatan perkapita, serta data penunjang lain apakah naik atau turun di era Presiden Prabowo.
Namun kebijakan berbasikan data dan ilmu pengertahuan ala Prabowo lah yang dibutukan masyarakat. Tindakan dari anak begawan ekonomi Soemitro saat ini membawa harapan dan memang layak diapresiasi oleh rakyat Indonesia.
