
Anies Baswedan melakukan langkah politik yang mengejutkan dan bahkan dinilai oleh Demokrat mengesampingkan etika. Saat sudah terjadi deal dengan pihak Agus Harimurti Yudhonono “AHY” dan Demokrat ia memilih pihak lain tanpa diskusi. Akhibatnya pihak Demokrat marah dan mengganggap sebagai pengkhianatan tak beretika.
Dari peristiwa ini terlihat daya tawar dan kemampuan politik Demokrat tidak optimal. Bayangkan Nasdem mampu menjadi Kingmaker tapi Demokrat belum bisa padahal perolehan suara mirip. Bisa disimpulkan Demokrat belum mengoptimalkan sisi politik agar mempunyai daya tawar yang baik.
Disisi lain AHY terlalu menyodorkan dirinya padahal banyak pihak oligarki yang masih takut trauma bersih – bersih ala era SBY. Maka suka tidak suka AHY harus melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya. AHY harus memainkan politik cantik nan berbeda dan tidak memaksakan kondisi.
Jika saya menjadi AHY saya akan merapat ke PDIP dan menyodorkan Andika Perkasa dan Kofifah sebagai cawapres. Kemudian saya juga akan menggoda Golkar untuk mencalonkan Ridwan Kamil sebagai presiden dan menyodorkan cawapres yang serupa. Dengan cara seperti itu politik akan mengalir dan daya tawar partai terlihat.
Mungkin AHY tidak jadi capres tapi bisa memainkan politik tak hanya kaku dan kehilangan daya tawar. Dengan memainkan politik maka bisa saja mendongkrak perolehan suara partai. Setelahnya bisa mencalonkan diri dengan posisi tawar kuat pada Pilpres selanjutnya.
Karena mana mungkin dengan kondisi saat ini terus menerus beroposisi dan terus idealis tanpa realistis. Solusinya mencari calon kuat bergabung di pilpres dan memperoleh kekuatan politik. Pilihan meninggalkan Anies juga tepat karena kans untuk menang juga tipis. Dengan pengkhianatan ini tidak ada alasan Demokrat melanjutkan dan lebih mudah melakukan manuver.
Penulis : Setya Aji / IG : @isetyaaji