Banyak pemuda baik dari generasi Melenial maupun Gen Z memilih untuk bekerja diluar negeri. Naiknya pajak dikondisi ekonomi makro sulit diduga menjadi salah satu faktor kunci banyak pelaku usaha tidak membuka lowongan kerja baru. Menurut data pajak di Indonesia seperti PPN ialah salah satu yang tertinggi di ASEAN, sebut saja PPN di Singapura cuma 9 persen.
Disamping faktor sulit mencari kerja generasi anak muda ini tergolong realistis. Sehingga lebih memilih berkerja di luar negeri dengan gaji mencapai belasan juga walau sebagai buruh kerja kasar. Uniknya TKI atau tenega kerja Indonesia tak hanya dilakukan oleh mereka yang berpendidikan rendah.
Sebut saja wanita berinisial IE lulusan cumlaude akademi keperawatan di Semarang, karena sulit mencari kerja akhirnya nekat menjadi TKI ke Jepang. Hal ini ironis dikarenakan menyongsong bonus demografi lapangan pekerjaan di Indonesia palah tidak mencukupi.
Selain IE banyak anak muda yang nekat keluar negeri karena ingin merubah nasib karena sulit bersaing di dalam negeri. Mereka bekerja sebagai buruh bangunan, perawat lansia, pemetik buah dan pekerjaan lain di negara seperti ke Jepang, Taiwan, Australia juga lainnya. Ini mematahkan mitos bahwa anak muda Indonesia enggan dan malas bekerja. Nyatanya mereka mau bekerja sekalipun jadi pekerja kasar di luar negeri.
Ini yang harus menjadi bahan instrospeksi bersama semua kalangan, kenapa banyak anak muda palah menganggur. Bahkan Indonesia sendiri menurut survei pernah dinobatkan sebagai negara juara pengangguran di ASEAN.
Apakah anak muda malas tidak mau bekerja, atau memang lapangan pekerjaan dengan gaji layak yang tidak tersedia. Belum lagi statmen pejabat yang menyebut PTKP “pendapatan tidak kena pajak” di Indonesia rendah tanpa melihat upah rata – rata yang didapat. Karena jika diteruskan bukan tidak mungkin depresi akan melanda generasi muda yang menyebabkan menjadi enggan untuk memajukan bangsa.